Sabtu, 26 September 2009

MAPAK TILAS
“MAKNA KAMPUNG DI YOGYAKARTA”
=================== OLEH: H.A.ADABY DARBAN===
Ngayogyakarta Hadiningrat, yang kemudian dikenal dengan sebutan Yogyakarta, secara historis adalah nama wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang di dalam struktur geografis, khususnya tata interior kotanya memiliki Toponim (nama-nama yang mengandung makna) terkait dengan kasultanan.

Pada malam ini khusus dibicarakan “Napak Tilas Makna Kampung, Khususnya Kauman “. Setiap kampung dan jalan di Yogyakarta ini memiliki nama, ada yang masih dipertahankan nama lama, dan ada pula yang sudah diubah dengan nama baru. Berikut ini secara singkat dicoba melacak nama-nama kampung lama, antara lain sebagai berikut :

1. Kauman, dari kata Pakauman ( Kaum dari Qoimuddin=Penegak Agama )
kampung tempatnya di sekitar Masjid Gedhe, yang dihuni oleh
awalnya para Ulama Kraton, sebagai kampung santri.
2. Gemblakan, dari kata Gemblak yang artinya sebuah profesi pembuat per-
alatan dapur dari tembaga, kampung itu dihuni sebagian besar
pembuat peralan itu.
3. Siliran, dari kata Silir yang artinya Srati atau pemelihara gajah kraton, ma
ka kampung itu dihuni sebagian besar adalah srati gajah.
4. Gamelan, dari kata Gamel yang artinya Srati atau pemelihara kuda kraton
maka kampung Gamelan itu penghuninya para Gamel.
5. Namburan, dari kata Tambur yang artinya petugas penabuh genderang
kraton.
6. Suronatan, dari kata Suranata artinya abdidalem yang mengurusi keaga-
maan dalam kraton, maka kampung ini juga kampung santri.
7. Klitren, dari kata Koeli-train
8. Kemasan, kampung komunitas pengrajin emas
9. Dagen, dari kata Undagi yang artinya meubel, tempat komunitas pembu-
meubel rumah tangga.
10. Grejen, dari kata Greji yang artinya penjahit, tempat ini sebagai komuni-
tas para penjahit- bordir pakaian.
11. Kampung-kampung prajurit kraton : Wirobrajan (Wirobrojo); Bugisan
(Bugis); Langenarjan; Patangpulan; Langenastran, dsb.
12. Kampung-kampung yang mengambil nama daerah tempat tinggal bang-
sawan, seperti : Magkubumen; Purwodinigratan; Tejokusuman;
Yudonegaran; dan sebagainya.

KAMPUNG KAUMAN

Khusus untuk kampung Kauman, nama ini dikenal tidak hanya di Yogyakar-
ta, namun juga dikenal di seluruh Jawa Tengah & Jawa Timur, bahkan seba-
gian di Jawa Barat. Ciri Khas Kampung Kauman sama, yaitu dihuni sebagian besar kaum muslimin yang aktif, bahkan tempat inggal para ulama.

Kampung Kauman Yogyakarta, memiliki nilai historis antara lain :
1. Sengaja didirikan oleh Sultan HB I sekitar 1760-an, setelah Perjanjian
Giyanti, dan setelah berdiri Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat dan Mas-
jid Gedhe. Fungsinya sebagai Pejaga & Penegak Ruhaniyah Islamiyah Kraton sebagai kerajaan Islam, dan memakmurkan masjid.
2. Tempat tinggal Penghulu ( Pemimpin Keagamaan Islam ) Kraton Nga –
yogyakarta Hadinigrat, dan tempat tinggal para ulama kraton yang memakmurkan masjid dan upacara-upacara keagamaan.
3. Terjadi perkawinan Indogami Kampung yang menyebabkan satu kam –
pung Kauman punya hubungan famili. Selain itu juga sebagai sentral perkawinan dengan kampung-kampung santri lain dari sekitar Yogya, sampai Pekalongan, Jombang, Tuban, dan sebagainya.
4. Penggerak perjuangan perlawanan terhadap kolonial, baik sebelum Pro-
klamasi Kemerdekaan, maupun dalam perang mempertahankan kemerdeklaan. Sebagai Markas APS ( Asykar Perang Sabil), Hizbullah dan Sabilillah.
5. Kauman kampung tempat berdirinya Muhammadiyah, dan lembaga Bela
Diri Tapak Suci yang telah menasional.
6. Tempat Rapat Akbar untuk menggelorakan perjuangan masyarakat Indo-
nesia ( Melucuti Jepang, Mempertahankan Ibu kota RI Yogya, Pembubaran PKI dan penumbangan Orde Lama, dan Penumbangan Orde
Baru ).

Yogyakarta, 5 Agustus 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar